Berbagi dengan sesama

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts

3 Hari Dalam Hidup Ini


Hari pertama : Hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang Kita rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat dan beristirahat dengan tenang;
lepaskan saja…

Hari kedua : hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit,
Kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.
Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba; toh belum tentu esok hari Kita merengkuhnya
biarkan saja…

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup,
Pintu masa depan pun belum tiba.
Pusatkan saja diri Kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.
Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.
Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi.
Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada Kita.
Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.
Ingatlah bahwa Kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri Kita sendiri

Jadi, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu
bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Renungan Masa Depan

Sahabat!
Taukah kalian akan makna kematian?
Ya, kematian merupakan hal yang biasa kita jumpai tetapi kematianjuga masih merupakan momok bagi kita jika seandainya kematian itu terjadi pada diri kita. Sadarlah, kematian akan datang pada kita karena perlahan setiap detik, menit, jam, hari yang kita punya di dunia berkurang. Dunia tidak dapat menampung kita selamanya karena duniapun tidak akan abadi.
Lalu setelah mati?
Kematian bukan sebuah akhir perjalanan. Memang, sebuah akhir perjalanan di dunia tetapi juga sebuah awal perjalanan menuju “masa depan” yang kekal. Perjalanan yang sangat berat yang harus kita tempuh sendiri tanpa ditemani keluarga, teman-teman. Mempertanggungjawabkan dan menerima konsekwensi atas semua yang telah dilakukan di dunia.

Sekilas, tulisan di atas mungkin sama saja dengan yang lainnya. Tapi, lihatlah “masa depan” itu. Sekarang kita bisa menghabiskan waktu sesuka kita. Tapi,ketika semua kegiatan kita hanyalah hura-hura, semuanya tidaklah berarti jika kita merenungi akan masa depan kita. Tidak akan berdampak pada masa depan.

Sahabat, bukan maksud saya untuk membuat kalian takut, menyalahkan takdir atau bahkan Tuhan atas hal yang akan menimpa kita tapi saya hanya ingin kita semua sadar akan hal ini. Menyesali keadaaan malah akan memperburuk kita. Saya tidak akan menyuruh kalian untuk segera bertobat karena tujuan saya menulis seperti ini tidaklah untuk itu. Kalian sendirilah yang tau pilihan mana yang akan kalian pilih nantinya. Jalanai saja apa yang ada dan ingat selalu akan “masa depan” itu.

Artikel
Sahabat Esti Gumansuci

Kehendak Untuk Berubah

Ketika aku masih muda dan bebas berhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia, seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit, lalu ku putuskan untuk hanya mengubah negriku namun tampaknya, hasrat itupun tiada hasilnya.

Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang yang paling dekat denganku. tetapi celakanya, merekapun tidak mau diubah! dan kini, sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba ku sadari:
“Andaikan yang pertama -tama kuubah adalah Diriku,

Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki Negriku
Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!”

Rezeki saya ada dimana-mana

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam.
Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang
menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit
tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah
ditambah dengan “acara” kehujanan.

Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi goreng
yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya.
Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok dan
lampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. “Disini saja dik,
daripada kehujanan…,” begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh.

Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang
pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya
berkata, “tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja. Sang Bapak
tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan
penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah
pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali
meraih botol kecap dan segenap bumbu.

Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula
canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, “Wah hujannya tambah deras nih,
orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?” Bapak itu menoleh ke arah saya,
dan berkata, “Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya..” katanya sambil menghisap
rokok dalam-dalam.

“Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?” kata saya, “Wah, rezekinya
jadi berkurang dong ya?” Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yang
membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu
tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru…
“Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya.
“Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama
anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah, walaupun nggak lebar, tapi
lumayan lah tanahnya.” Bapak itu melanjutkan, “Anak saya yang disini pasti bisa
ngojek payung kalau besok masih hujan…”
Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, “Gusti Allah ora sare”. Allah
Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya
telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada
artinya di depan perkataan sederhana itu. Makna nya terlampau dalam, membuat
saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak
hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal
nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat
ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar.

Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa
menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi
sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun
derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung,
atau mendorong mobil yang mogok.

Hmm…saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran
tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. “Ya Allah,
Engkau Memang Maha yang Tak Pernah Beristirahat” Untunglah, hujan telah reda,
dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang
teringat, Gusti Allah Ora Sare….Gusti Allah Ora Sare…


Teman, begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya.
Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang
tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang
sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.
Termasuk kali ini. Ya, ini adalah hari yang bersejarah buat saya. Saat ini, usia
saya telah bertambah, dan milis ini pun memasuki tahun yang ketiga. Tentu, ya
tentu, saya merasa bersyukur sekali dengan semua ini. Namun, kadang wujud syukur
itu tak tampak kentara dalam runutan hidup yang saya lakoni.
Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan
sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada
hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang
menakjubkan saya lakukan.

Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa
saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah
kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap
belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.
Aku berdoa agar diberikan kekuatan…Namun, Allah memberikanku cobaan agar aku
kuat menghadapinya.
Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan…Namun, Allah memberikanku masalah agar
aku mampu memecahkannya.
Aku berdoa agar diberikan kecerdasan…Namun, Allah memberikanku otak dan
pikiran agar aku dapat belajar dari-Nya.
Aku berdoa agar diberikan keberanian…Namun, Allah memberikanku marabahaya agar
aku mampu menghadapinya
Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang…Namun, Allah memberikanku
orang-orang yang luka hatinya agar aku dapat berbagi dengannya.
Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan…Namun, Allah memberikanku pintu
kesempatan agar aku dapat memanfaatkannya.